Pada suatu desain, warna mampu mengaktifkan otak kanan Anda, yang berhubungan dengan emosi. Melalui desain, Anda ingin agar orang-orang dapat menangkap pesan yang Anda sampaikan dan merasakan apa yang Anda ingin mereka rasakan. Warna berpengaruh besar dalam hal ini, mengingat bahwa setiap warna memiliki makna dan mamberikan nuansa berbeda. Maka dari itu, Anda bisa memerhatikan beberapa panduan penggunaan warna dalam desain di bawah ini agar tidak salah pilih.
DOs
1. Pelajari Diagram Warna
Semua warna terbuat dari tiga warna primer, yaitu merah, biru, dan kuning. Kombinasi ketiganya akan menghasilkan warna oranye, hijau, dan ungu. Ketika Anda mengombinasikan keenam warna tersebut, maka akan diperoleh dua belas warna tresier yang membentuk diagram lingkaran dua belas warna. Perlu Anda ketahui bahwa setiap warna memiliki “temperatur”-nya sendiri-sendiri. Warna merah, misalnya, cenderung berspektrum hangat, sedangkan sisi diagram yang berwarna biru cenderung lebih cool.
2. Perhatikan Warna Undertone
Undertone merupakan warna “tersembunyi” yang ada di balik warna utama. Misalnya, jika ingin memadukan warna biru dengan warna lain, Anda bisa memilih warna abu-abu yang memiliki undertone biru. Hal ini masih berkaitan dengan “temperatur” yang dimiliki setiap warna. Meski warna biru memang cenderung cool, ada beberapa jenis biru yang memiliki unsur warna merah sehingga membuatnya terlihat lebih hangat, seperti yang biasanya ditemukan pada warna keunguan. Sedangkan, warna biru yang cool umumnya mengandung unsur warna hijau.
3. Pertimbangkan Psikologi Warna
Setiap orang memang memiliki persepsi berbeda terhadap suatu desain. Namun, beberapa warna mampu memberi efek sama pada kita semua. Di sinilah psikologi warna dalam desain diperlukan karena warna-warna tertentu bisa menimbulkan efek khusus pada penikmatnya. Warna merah, misalnya, memiliki karakter yang agresif dan menuntut perhatian. Hal ini tentu berbeda dari warna biru yang kerap kali diasosiasikan dengan ketenangan. Tapi semakin gelap warna biru yang digunakan, maka psikologinya akan menunjukkan kredibilitas dan kekuatan.
DON’Ts
1. Mengabaikan Peraturan Dasar Diagram Warna
Diagram warna memiliki peraturan dasar yang sebaiknya tidak Anda abaikan. Mayoritas warna akan terlihat bagus apabila dikombinasikan dengan shade-nya sendiri, misalnya biru dongker hingga biru muda. Skema warna ini kerap disebut sebagai monokromatik. Jika ingin menciptakan desain dengan warna kontras, Anda bisa menggunakan dua warna yang berseberangan pada diagram warna. Karena perbedaan mencolok pada kedua warna tersebut, perpaduannya justru mampu melengkapi satu sama lain.
2. Melupakan Kesesuaian Warna dengan Tulisan
Beberapa desain menggunakan huruf sebagai salah satu elemennya. Apabila Anda juga melakukan hal serupa, jangan lupa untuk menyesuaikan warna dengan tulisan yang ingin dicantumkan. Umumnya, orang menggunakan warna background dan huruf yang kontras terhadap satu sama lain agar tulisan terlihat stand out dan mudah dibaca. Hal tersebut memang benar, tapi jika Anda menggunakan background berwarna gelap, usahakan untuk membuat tulisan yang agak tebal karena warna gelap cenderung mengurangi “berat” tulisan.
3. Mengabaikan “Perubahan” Warna
Tahukah Anda bahwa warna dapat berubah tergantung dari desain yang mengelilinginya? Misalnya, Anda meletakkan gambar berbentuk persegi panjang dan sebuah garis tipis berwarna hijau di atas background putih. Meski keduanya sama-sama berwarna hijau, warna pada garis akan terlihat lebih gelap daripada yang ada pada persegi panjang. Hal ini bisa terjadi karena garis tersebut dikelilingi oleh lebih banyak warna putih daripada persegi panjang.
Setiap elemen yang Anda cantumkan pada desain dapat memberi efek tertentu pada pesan yang ingin Anda sampaikan, termasuk salah satunya elemen warna dalam desain. Mempelajari hal-hal tentang warna yang sebaiknya Anda lakukan dan tidak akan membantu Anda menciptakan desain yang sesuai tujuan.