Di puncak pencapaian karir atau di tengah laju pertumbuhan bisnis yang stabil, tidak sedikit profesional dan pengusaha yang berhenti sejenak dan bertanya, “Apakah hanya ini?”. Metrik keberhasilan konvensional seperti profit, pangsa pasar, dan jabatan telah tercapai, namun ada sebuah kekosongan yang terasa, sebuah pertanyaan mendalam tentang makna dan dampak dari semua kerja keras yang telah dikerahkan. Di sinilah konsep purpose atau tujuan hidup dan kerja menjadi krusial. Ini bukan lagi sekadar bahasan dalam buku-buku motivasi, melainkan telah menjadi sebuah strategi fundamental yang membedakan antara bisnis yang sekadar bertahan dan bisnis yang berkembang dengan cara yang berkelanjutan dan menginspirasi. Memahami dan mengintegrasikan purpose bukan hanya tentang merasa lebih baik, tetapi tentang berkinerja lebih baik, dan hasilnya seringkali jauh melampaui ekspektasi.
Tantangan dalam lanskap bisnis modern sangatlah nyata. Konsumen hari ini dibanjiri oleh ribuan pesan komersial setiap hari, membuat mereka semakin kebal terhadap iklan konvensional. Mereka tidak lagi hanya membeli produk atau layanan; mereka membeli cerita, nilai, dan identitas. Sebuah studi dari Deloitte menunjukkan bahwa merek yang berorientasi pada purpose mengalami pertumbuhan dua kali lebih cepat dibandingkan merek lainnya. Di sisi lain, terjadi pergeseran besar dalam dunia kerja. Generasi talenta terbaik saat ini tidak hanya mencari gaji yang kompetitif, tetapi juga mencari pekerjaan yang memberikan rasa makna. Mereka ingin menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar dari diri mereka sendiri. Dengan demikian, sebuah bisnis yang beroperasi tanpa “mengapa” yang jelas, tanpa sebuah purpose yang otentik, berisiko menjadi tidak relevan, baik di mata pelanggan maupun di mata talenta yang ingin mereka rekrut.

Lalu, bagaimana sebuah bisnis atau individu bisa beralih dari sekadar mengejar profit menjadi hidup berorientasi purpose? Mari kita telusuri melalui sebuah studi kasus inspiratif dari sebuah entitas bisnis yang kita sebut saja “Rimba Rasa”, sebuah UMKM yang bergerak di bidang produk makanan olahan dari hasil hutan lokal. Alih-alih memulai dengan “apa” yang mereka jual, yaitu selai dan teh herbal, perjalanan mereka dimulai dari sebuah “mengapa” yang sangat kuat: melestarikan keanekaragaman hayati hutan Indonesia sekaligus memberdayakan komunitas masyarakat adat yang tinggal di sekitarnya. “Mengapa” inilah yang menjadi bintang penunjuk arah bagi setiap keputusan bisnis yang mereka ambil. Visi ini bukanlah sekadar kalimat pemanis di halaman “Tentang Kami”, melainkan DNA yang tertanam dalam setiap aspek operasional mereka.
Integrasi purpose ini kemudian diwujudkan secara nyata ke dalam produk dan pengalaman yang mereka tawarkan. Setiap produk Rimba Rasa tidak hanya menjual rasa yang unik, tetapi juga sebuah cerita. Di sinilah peran elemen fisik dan cetak menjadi sangat vital. Pada setiap kemasan produk, disematkan sebuah kartu cerita (story card) yang didesain dengan indah, dicetak di atas kertas daur ulang. Kartu ini tidak berisi promosi, melainkan profil singkat dari petani atau komunitas yang memanen bahan baku tersebut, lengkap dengan foto dan penjelasan tentang bagaimana setiap pembelian turut mendukung program reforestasi. Kemasan itu sendiri, yang dicetak di Uprint.id, menggunakan desain yang terinspirasi dari flora lokal dan tinta ramah lingkungan. Dengan cara ini, purpose mereka tidak lagi abstrak. Ia menjadi sesuatu yang bisa disentuh, dibaca, dan dirasakan secara langsung oleh pelanggan. Setiap kali seseorang membuka produk Rimba Rasa, mereka tidak hanya membuka sebuah selai, mereka membuka sebuah narasi tentang konservasi dan pemberdayaan.
Lebih jauh lagi, Rimba Rasa memahami bahwa purpose yang kuat adalah magnet untuk membangun komunitas, bukan sekadar basis pelanggan. Upaya pemasaran mereka berpusat pada pilar ini. Alih-alih menghabiskan anggaran untuk iklan diskon, mereka menginvestasikannya untuk membuat konten edukatif tentang pentingnya menjaga ekosistem hutan. Mereka menyelenggarakan workshop daring tentang pemanfaatan hasil hutan non-kayu, dan secara aktif berkolaborasi dengan para pegiat lingkungan. Media sosial mereka dipenuhi dengan kisah-kisah dari lapangan, bukan hanya foto produk yang steril. Hasilnya, pelanggan mereka tidak merasa seperti sedang bertransaksi dengan sebuah perusahaan. Mereka merasa menjadi bagian dari sebuah gerakan. Mereka dengan bangga membagikan produk Rimba Rasa bukan hanya karena kualitasnya, tetapi karena cerita dan nilai yang diusungnya, menciptakan pemasaran dari mulut ke mulut yang paling otentik dan kuat.

Pendekatan yang dijalankan Rimba Rasa ini mungkin terlihat idealis, namun dampak jangka panjangnya justru sangat pragmatis dan mengagumkan. Dari sisi bisnis, mereka berhasil menciptakan diferensiasi pasar yang sangat kuat. Di tengah rak yang dipenuhi produk sejenis, produk mereka memiliki “jiwa” yang membuatnya menonjol. Hal ini memungkinkan mereka untuk menetapkan harga premium, karena pelanggan memahami nilai lebih yang mereka dapatkan, yaitu kontribusi sosial dan lingkungan. Loyalitas pelanggan mereka luar biasa tinggi; mereka adalah para pendukung setia yang akan terus membeli bahkan di tengah persaingan harga yang ketat. Dari sisi internal, Rimba Rasa menjadi magnet bagi talenta-talenta muda yang bersemangat dan idealis, yang ingin bekerja di tempat yang sejalan dengan nilai-nilai pribadi mereka. Ini menciptakan budaya kerja yang positif dan inovatif dengan tingkat perputaran karyawan yang rendah.
Pada akhirnya, perjalanan “Rimba Rasa” menunjukkan bahwa orientasi pada purpose bukanlah sebuah beban biaya, melainkan sebuah investasi paling strategis yang bisa dilakukan. Ia adalah benang merah yang menyatukan produk, pemasaran, dan budaya perusahaan menjadi sebuah kesatuan yang kokoh dan otentik. Ia menjawab kebutuhan terdalam manusia untuk menjadi bagian dari sesuatu yang bermakna, baik sebagai konsumen maupun sebagai pekerja. Kini, coba tanyakan pada diri Anda dan bisnis Anda, bukan hanya ‘apa’ yang Anda lakukan setiap hari, tetapi ‘mengapa’ Anda melakukannya. Jawaban atas pertanyaan itu mungkin adalah langkah pertama menuju sebuah transformasi, sebuah perjalanan untuk membangun bisnis dan karir yang tidak hanya sukses secara finansial, tetapi juga kaya secara makna, yang hasilnya akan membuat Anda sendiri kagum.

