Dalam lanskap profesional kontemporer, konsepsi mengenai kepemimpinan seringkali terdistorsi oleh citra-citra agung: otoritas formal, pidato karismatik, atau kemampuan untuk membuat keputusan strategis berskala masif. Namun, esensi sejati dari kepemimpinan seringkali berakar pada sebuah tindakan yang jauh lebih sunyi, lebih personal, namun secara fundamental lebih transformatif, yaitu tindakan mengambil tanggung jawab secara aktif. Ini bukanlah sekadar akuntabilitas pasif untuk menerima kesalahan saat terjadi kegagalan. Sebaliknya, ini adalah sebuah orientasi proaktif untuk memegang kendali atas hasil, mencari solusi di tengah ambiguitas, dan secara sadar menempatkan diri sebagai agen perubahan, terlepas dari posisi formal dalam sebuah hierarki. Artikel ini akan menguraikan bagaimana tindakan yang tampak “lembut” ini sesungguhnya merupakan mekanisme paling kuat dalam pengembangan pengaruh dan kepemimpinan yang otentik dan berkelanjutan.
Locus of Control Internal: Fondasi Psikologis Tanggung Jawab

Secara fundamental, kemampuan untuk mengambil tanggung jawab secara aktif berakar pada sebuah konsep psikologis yang dikenal sebagai locus of control (pusat kendali). Diperkenalkan oleh Julian B. Rotter, teori ini membedakan individu berdasarkan di mana mereka meyakini letak kendali atas peristiwa dalam hidup mereka. Individu dengan locus of control eksternal cenderung meyakini bahwa hasil dari hidup mereka ditentukan oleh faktor-faktor di luar diri mereka, seperti keberuntungan, takdir, atau kekuatan orang lain. Sebaliknya, individu dengan locus of control internal memiliki keyakinan kuat bahwa mereka memiliki agensi personal untuk memengaruhi peristiwa dan hasil melalui tindakan, usaha, dan keputusan mereka sendiri.
Pengembangan kepemimpinan dimulai dengan pergeseran sadar menuju locus of control internal. Tanpa fondasi ini, individu akan selamanya berada dalam mode reaktif, menunggu instruksi, atau menyalahkan keadaan saat menghadapi tantangan. Seorang profesional dengan locus of control internal tidak akan berkata, “Proyek ini gagal karena kliennya sulit,” melainkan akan bertanya, “Aspek apa dari komunikasi atau manajemen proyek saya yang bisa diperbaiki untuk menangani klien seperti ini di masa depan?”. Pergeseran narasi dari “ini terjadi pada saya” menjadi “inilah yang saya lakukan terhadap apa yang terjadi” adalah titik awal dari semua tindakan kepemimpinan yang bermakna.
Melampaui Reaktivitas: Prinsip Proaktif sebagai Manifestasi Kepemimpinan

Jika locus of control internal adalah sistem operasinya, maka prinsip proaktif adalah aplikasi yang dijalankannya. Stephen Covey, dalam karyanya yang monumental, membedakan secara tajam antara individu proaktif dan reaktif. Individu reaktif digerakkan oleh kondisi eksternal dan perasaan sesaat. Cuaca buruk merusak suasana hati mereka; kritik membuat mereka defensif. Sebaliknya, individu proaktif digerakkan oleh nilai-nilai yang mereka pegang. Terdapat jeda antara stimulus dan respons, di mana mereka secara sadar memilih tindakan yang selaras dengan prinsip mereka.
Mengambil tanggung jawab secara aktif adalah manifestasi paling jelas dari proaktivitas. Di lingkungan kerja, seorang anggota tim yang reaktif akan mengidentifikasi masalah dan melaporkannya, lalu menunggu arahan. Seorang anggota tim yang proaktif akan mengidentifikasi masalah, menganalisis potensi penyebabnya, merumuskan beberapa alternatif solusi, dan menyampaikannya kepada manajer dengan sebuah rekomendasi. Tindakan kedua ini, yang tidak memerlukan izin atau jabatan, adalah sebuah tindakan kepemimpinan murni. Ia secara fundamental mengubah peran individu dari seorang penumpang menjadi seorang pengemudi, yang secara aktif berusaha mengarahkan situasi menuju hasil yang lebih baik.
‘Extreme Ownership’: Eskalasi Tanggung Jawab dalam Praktik

Tingkatan tertinggi dari tanggung jawab aktif dapat dirangkum dalam konsep Extreme Ownership, sebuah filosofi yang dipopulerkan oleh mantan perwira Navy SEAL, Jocko Willink. Prinsip ini menyatakan bahwa seorang pemimpin sejati bertanggung jawab atas segala sesuatu yang berada dalam domain pengaruhnya. Tidak ada ruang untuk menyalahkan orang lain atau faktor eksternal. Jika sebuah misi gagal, itu adalah tanggung jawab pemimpin. Jika seorang anggota tim tidak berkinerja baik, pemimpin bertanggung jawab karena gagal melatih, membimbing, atau memberikan instruksi yang jelas. Jika sumber daya tidak mencukupi, pemimpin bertanggung jawab karena gagal merencanakan kontingensi.
Meskipun terdengar ekstrem, filosofi ini sesungguhnya sangat memberdayakan. Dengan mengeliminasi budaya menyalahkan, semua energi mental yang sebelumnya terbuang untuk mencari pembenaran atau kambing hitam kini dapat difokuskan sepenuhnya pada satu hal: pemecahan masalah. Ini adalah aplikasi ultim dari locus of control internal. Seorang desainer yang menerapkan prinsip ini tidak akan menyalahkan brief yang buruk, melainkan mengambil tanggung jawab untuk proaktif mengklarifikasi brief tersebut hingga menjadi jelas. Seorang manajer pemasaran tidak akan menyalahkan algoritma, melainkan mengambil tanggung jawab untuk memahami dan beradaptasi dengan perubahan algoritma tersebut. Ini adalah kunci “lembut” karena ia merupakan sebuah standar internal yang ketat, bukan sebuah unjuk kekuatan eksternal.
Dari Tanggung Jawab Personal ke Pengaruh Organisasional

Konsekuensi logis dari praktik tanggung jawab aktif yang konsisten adalah akumulasi kepercayaan. Dalam sebuah organisasi, individu yang secara teratur melampaui deskripsi pekerjaannya untuk memastikan keberhasilan tim, yang tidak menyalahkan orang lain saat terjadi kesalahan, dan yang selalu datang dengan solusi, secara alami akan menjadi titik rujukan. Kepercayaan adalah mata uang dari pengaruh. Ketika rekan kerja dan atasan memercayai kompetensi dan integritas Anda, mereka akan lebih cenderung untuk mendengarkan pendapat Anda, melibatkan Anda dalam pengambilan keputusan penting, dan mendukung inisiatif yang Anda ajukan.
Inilah mekanisme bagaimana kepemimpinan tanpa otoritas formal dapat berkembang. Pengaruh Anda tidak lagi berasal dari jabatan yang tertera di kartu nama, melainkan dari reputasi yang Anda bangun melalui serangkaian tindakan bertanggung jawab. Orang-orang akan mengikuti Anda bukan karena mereka harus, tetapi karena mereka ingin. Mereka melihat Anda sebagai pilar stabilitas dan sumber solusi yang andal. Pengaruh yang diperoleh melalui cara ini jauh lebih kuat dan lebih langgeng daripada pengaruh yang didasarkan pada kekuasaan hierarkis semata.
Pada akhirnya, kepemimpinan bukanlah sebuah destinasi yang ditandai dengan jabatan atau status, melainkan sebuah perjalanan yang ditempuh melalui pilihan-pilihan kecil setiap hari. Pilihan paling fundamental di antara semuanya adalah keputusan untuk secara sadar dan aktif mengambil tanggung jawab atas dunia di sekitar kita. Dengan membangun fondasi psikologis pada locus of control internal dan secara konsisten memanifestasikannya melalui tindakan proaktif, seorang profesional dapat secara sistematis mengubah dirinya dari sekadar seorang partisipan menjadi seorang pemimpin yang berpengaruh, yang membentuk hasil akhir alih-alih hanya menerimanya.

